Pengertian Tie Dye menggambarkan proses melipat, memuntir, atau meremas tekstil sebelum mengikatnya dengan tali atau karet gelang dan kemudian menerapkan pewarna, menjadi trend arus utama di Amerika pada 1960-an.
Pada Dekade itu ditandai oleh, antara lain, ketidakadilan rasial dan kekerasan, skandal politik, dan perpecahan karena perang yang tak berkesudahan — hal-hal yang terdengar sangat akrab pada masa tahun 2020.
Ketika generasi muda pada saat ini mendorong kembali tindakan kekerasan, keseragaman budaya, dan materialisme demi cinta, kasih sayang, dan individualisme, hampir semuanya menjadi peluang untuk ekspresi diri.
Sejarah Kaos Tie Dye Di Amerika Serikat
Berkat diperkenalkannya pewarna cair yang dapat dipencet dari Rit Dye pada tahun 1964 diikuti oleh penjualan luas kemeja unik yang diwarnai pada pertemuan besar seperti Woodstock Festival pada tahun 1969 (juga, terutama, didanai oleh Rit Dye), pusaran psikedelik itu datang untuk melambangkan perdamaian dan pemberontakan dari satu kota Maine ke Minnesota.
Artis musisi seperti Janis Joplin, John Sebastian, dan Joe Cocker mengenakan dasi-warna di atas panggung di Woodstock pada tahun 1969, menjadikannya sebagai tampilan kunci di festival musik ikonik. Itu sebagian telah sampai di sana melalui kecerdikan perusahaan: Rit Dye, yang berjuang pada pertengahan 1960-an, meminta seniman untuk membuat (sesuai perusahaan itu sendiri) "beberapa ratus T-shirt tie-dye untuk dijual di festival."
Paralel dengan lanskap politik yang bergejolak di tahun 1960-an, 2019 telah memberikan lingkungan sosial dan politik yang fluktuatif, memicu munculnya lagi gerakan tandingan budaya, yang tampaknya bertepatan dengan peningkatan pasar tie-dye.
Di permukaan, banyak yang mengaitkan kelahiran kembali psychedelic dengan pasar yang penuh dengan nostalgia dan kerinduan universal akan masa-masa yang lebih sederhana. Namun, ada indikasi yang jelas bahwa lanskap yang bergolak ini telah menciptakan respons terhadap pemberontakan dan keinginan untuk menolak norma-norma sosial.
Tie Dye di Bangsa Asia Kuno | Sejarah Kaos Tie Dye
Meskipun tie dye di populerkan sebagai seragam dari suatu gerakan perlawanan, teknik yang sebenarnya adalah jenis pewarnaan resist (menggunakan berbagai metode dan bahan untuk mencegah pewarna mencapai semua kain, dan dengan demikian menciptakan pola) yang berasal dari ribuan tahun sebelum ada yang pernah mendengar tentang Hippie.
Tie Dye di Asia Timur | Sejarah Kaos Tie Dye
Catatan tertulis paling awal tentang tie-dye berasal dari Cina dan Jepang. Proses ini digunakan selama Dinasti Tang di Cina dan Periode Nara di Jepang sejauh abad ke-6. Orang-orang menggunakan pewarna alami dari beri, daun, akar dan bunga untuk mewarnai pakaian.
 |
| kain shibori |
Barang-barang alami ini direbus, dan kain-kain tersebut kemudian direndam dalam air panas yang diwarnai untuk menghasilkan warna baru.
Shibori Jepang, yang melibatkan membentuk kain dengan mengikat atau mengikatnya sebelum memperlakukannya dengan pewarna, adalah teknik kuno pewarnaan lain yang dapat dianggap sebagai nenek moyang dari pewarna ikat modern.
Tekstil Shibori biasanya memiliki pewarna nila dan kemungkinan merupakan evolusi dari kerajinan pewarnaan tekstil Cina yang bahkan lebih tua.
Tie Dye di Asia Selatan | Sejarah Kaos Tie Dye
Pada awal abad ke-6 di India, orang-orang mempraktekkan sejenis tie-dye yang dikenal sebagai Bandhani. Proses ini melibatkan penggunaan benang untuk mengikat potongan-potongan kecil kain dalam pola yang rumit sebelum mencelupkan kain ke dalam pewarna. Jenis tie-dye ini masih dipraktekkan sampai saat ini.
 |
| Bandhani, India |
Sejarah Tie Dye di Indonesia | Sejarah Kos Tie Dye
Dalam sejarah kebudayaan bangsa Indonesia Tie Dye banyak dikenal sebagai teknik batik Jumputan. Batik Jumputan adalah batik yang dikerjakan dengan cara ikat celup, di ikat dengan tali di celup dangan warna.
Batik ini tidak menggunakan malam tetapi kainnya diikat atau dijahit dan dikerut dengan menggunakan tali. Tali berfungsi sama halnya dengan malam yakni untuk menutup bagian yang tidak terkena warna.
 |
| Batik Jumputan, Indonesia |
Kata jumputan berasal dari bahasa jawa. Menjumput berarti memungut atau mengambil dengan semua ujung jari tangan. cara pembuatan kain batik jumputan sangat sederhana dan mudah dilakukan karena tidak menggunakan lilin dan canting.
Batik jumputan dibuat dengan cara menjumput kain yang di isi biji-bijian sesuai dengan motif yang di kehendaki, selanjutkan mengikat, dan terakhir melakukan pencelupan kedalam warna. Meskipun dengan cara sederhana.
Teknik celup ikat diperkenalkan ke nusantara oleh orang-orang india melalui misi perdagangan teknik ini mendapat perhatian besar terutama karena keindahan ragam hiasnya dalam rangkaian warna-warna yang menawan.
Penggunaan teknik celup ikat ini antara lain di Sumatra, khususnya Palembang, di Kalimantan Selatan, Jawa dan Bali.
Tie Dye di Era Fashion Modern | Sejarah Kaos Tie Dye
Sementara dalam sejarah kaos tie dye cenderung kembali menjadi trend fashion setiap beberapa tahun, siklus trend benar-benar mencapai puncaknya selama tahun 1980-an.
Selama dekade ini, desainer mulai memasukkan tampilan ini ke dalam peragaan busana mereka. Jenis pewarna baru yang melanda pasar selama tahun 1980-an memiliki daya tahan yang jauh lebih besar, dan mereka menawarkan variasi warna dan warna yang lebih banyak.
Saat ini, kaos tie-dye tetap sepopuler sebelumnya. Mereka datang dalam berbagai warna dan gaya. Dari pusaran berwarna cerah hingga pastel yang lebih lembut, ada gaya tie-dye yang cocok untuk hampir semua orang.
No comments:
Post a Comment